APS

Papua di Hati Jokowi dan Jokowi di Hati Papua: Sebuah Refleksi Tentang Kerja Nyata Jokowi di antara Tantangan & Harapan Membangun Peradaban Papua

PAPUA DI HATI JOKOWI DAN JOKOWI DI HATI PAPUA
(Sebuah Refleksi: Kerja Nyata Jokowi di antara Tantangan & Harapan Membangun Peradaban Papua).

Oleh Laus Deo Calvin Rumayom Founder Analisis Papua Strategis & APS Center for Development and Global Studies.

Ada syair tua di Papua yang terkenal di kalangan masyarakat berbunyi, “Kenangkan Boleh Lupakan Jangan, Selalu di dalam Ingatan” Syair lagu ini seolah mengingatkan kita bahwa sebentar lagi akan berakhir masa jabatan presiden Jokowi pada 2024 mendatang. Jokowi merupakan sosok pribadi yang sangat mencintai masyarakat Papua dan mencurahkan segala pikiran dan waktu untuk pembangunan Papua serta mengunjungi Papua terbanyak dalam sepanjang sejarah rentetan sejumlah Presiden Indonesia walaupun sering dilanda badai optimisme. Pasti Jokowi akan dikenang sebagai Presiden yang memecahkan rekor dengan kunjungan ke Papua terbanyak sepanjang sejarah bangsa Indonesia.
Kerja nyata Jokowi dalam berbagai sektor telah membawa Papua pada sebuah fase penting sebagai kesiapan menghadapi tantangan global. Kini Papua telah masuk dalam pusaran geopolitik global yang telah diperhitungkan oleh dunia, dimana Papua sebagai episentrum bumi dengan potensi Sumber Daya Alam (Pertambangan Emas terbesar di dunia) telah menarik berbagai kepentingan global dan tentunya akan berdampak bagi penataan dunia baru di abad 21 yang kini dikenal dengan pergeseran peradaban dunia dari barat ke pasifik.

Jokowi: Kalau Papua Komitmen atas Persatuan, Kesejahteraan akan Diperoleh

Kini telah hadir AUKUS Vs China di Panggung Indo-Pasifik sebagai kekuatan dunia dan penentu stabilitas ekonomi dan keamanan global. Trilateral AUKUS (Australia, Britania Raya dan Amerika Serikat) tentu sudah memiliki planning untuk menguasai Indo-Pasifik termasuk berbagai investasi ketiga Negara tersebut di Papua dan Papua Nugini. Hal ini mendorong Presiden Jokowi harus mengunjungi Australia dan PNG sebagai Negara tetangga Indonesia untuk melangsungkan pembicaraan kerjasama bilateral. Tentu hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwa kehadiran AUKUS di Indo-Pasifik tentu menimbulkan kekawatiran bagi Indonesia. Namun demikian, menurut hemat saya tidak ada yang perlu dikawatirkan bahwa apapun perkembangan dan ancaman geopolitik global di kawasan Indo-Pasifik “Percepatan Pembangunan Kesejahteraan Papua” adalah kata kunci, mengapa demikian? Karena Papua adalah garda terdepan bangsa Indonesia menghadapi era Pasifik. Jika Papua masih memimpin dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia konflik sosial politik, ekonomi, sumber daya alam dan budaya yang masih belum terselesaikan maka tantangan terbesar 20 tahun Otsus ke depan ialah keterlibatan asing akan sangat tinggi di Papua sebagai bagian dari manifestasi AUKUS Vs China dalam politik perebutan Sumber Daya Alam di Papua.

Setelah Kunker ke Australia, Kini Jokowi Sambangi Papua Nugini

Fondasi pembangunan Papua: Ada filosofi pembangunan Papua “Membangun Papua mulai dari kacamata Papua” ibarat: apa yang dia lihat kita lihat, apa yang dia makan kita makan, apa yang dia rasa kita rasa? Sehingga landasan pembangunan peradaban orang Papua telah dimulai sejak Kedatangan Misionaris Carl Willhelm Ottow dan Johan Gottlob Geissler dua misionaris berkebangsaan Jerman tiba di Pulau Mansinam 5 Februari 1855 (1855-2023) 168 tahun yang lalu menjadi tonggak awal peradaban Papua yang dibangun diatas Doa Sulung “Dengan Nama Tuhan Kami Menginjak Tanah ini” dan dalam perjalanan misi pekabaran Injil selanjutnya diteruskan oleh Dominee Izaak Samuel Kijne yang tiba di Mansinam pada 23 Juni 1923 lalu membuka sekolah peradaban Papua dengan Doa Sulung Ishak Semuel Kijne “Diatas Batu ini, Saya Meletakkan Peradaban Orang Papua, Sekalipun Orang memiliki Kepandaian Tinggi, Akal Budi dan Marifat, tetapi tidak dapat Memimpin Bangsa ini, Tetapi Bangsa ini akan Bangkit dan memimpin dirinya sendiri” Wasior, 25 Oktober 1925.

Ottow, Geissler dan I.S Kijne telah meninggalkan sebuah legacy dan konsep pembangunan Papua selama 168 tahun, Pertanyaannya apa legacy yang akan ditinggalkan Jokowi bagi Papua? Sebagai bentuk kecintaannya bagi Papua dan tetap abadi di dalam hati masyarakat Papua.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *